Hai hai..
Kali ini saya mau review salah satu resto ayce, The Buffet. Lokasinya di Plaza Semanggi lantai 3A.
Sebenernya udah lama pengen coba juga, karena deket dari kampus dan sering ada promo pelajar hehe.. Setelah baca2 review orang di OpenRice, akhirnya nyoba juga deh makan di sini. Tempatnya agak besar dengan dekor yang sangat biasa.
Saya sampai di sana sekitar pukul setengah 12 siang, sengaja dtg pagian karena takut penuh sama orang kantoran. Sampai di sana kita tanya harganya, 1 orang kurang lebih 120rban. Terus pelayannya kasih tau kalau kita masuk jam setengah 2, harganya cuma 80rban. Kita mikir2 lagi, lumaya juga ya beda 40rb, apalagi pas setengah 12 itu kartu pelajar gak ngaruh :p
Akhirnya kita jalan2 dulu deh nunggu sampai jam setengah 2.
Setelah muter2 sambil kelaperan, kita balik lg ke atas, dan masuk pas jam setengah 2. Kita langsung dianterin ke meja, dan langsung disiapin sendok garpu + gelas (gelas di sini gak boleh ganti, 1 orang cuma 1 gelas). Karena udah kelaperan, jadi kita langsung ambil makanan deh.
Makanan disini menurut saya lumayan banyak, tapi tampilannya kurang menarik hehe. Mulai dari nasi goreng, kwetiau goreng, sayur2an, ikan, daging, kentang, pasta, bruschetta, sushi, salad, teppanyaki, cake, puding, jelly, dan es krim.
Berhubung saya pecinta pasta, saya langsung tertarik untuk coba pastanya. Ronde pertama saya ambil lasagna, fettucini bolognese, seafood pastry, sama penne. Rasanya??? Mengecewakan. Semua hambar kecuali saus bolognesenya. Itupun terlalu asam, fettucininya gak kenyal, terlalu matang. Meskipun disediakan lada dan garam, tapi itu gak membantu memperbaiki rasanya sih :(
Nyobain macaroni schotel yang diambil pacar, rasanya hambar juga. Entah karena sengaja dibikin begitu apa chefnya gak nyobain masakan mereka, yang jelas mengecewakan banget.
Ronde kedua, cobain ikan saus bangkok, tahu (lupa namanya apa), chicken karage, kentang goreng, sushi 2 potong, garlic bread, bruschetta. Kalau sebelumnya hambar, si ikan ini pedes dan asin banget, mungkin harus makan pake nasi. Tahunya lumayan, dimasak pake sawi putih, meskipun tahunya terlalu lama digoreng jadi pinggirannya agak keras. Chicken karage, gak tau kenapa mereka kasih nama itu, soalnya ini cuma kulit ayam goreng tepung, mirip banget sama yg dijual di giant. kentang goreng hambar dan udah alot karena uda terlalu lama. Sushi,,untung banget cuma ambil 2 potong. Ini kesalahan fatal mereka, di potongan sushi yang saya ambil ada ulat yang biasa nempel di sayuran :( Rasa sushinya standar dan ukurannya kecil banget. Garlic bread uda dingin dan gak garing, hambar pula. Bruschetta jg dingin dan gak garing, yang kerasa cuma saos tomat.
Teppanyakinya lumayan, mungkin karena langsung dimasak kali ya, jadi masih panas. Kita bisa milih sendiri mau apa, kemarin teman saya minta campur, jadi ada ayam, ikan, daging, tahu, cumi. Ikannya sih uda gak fresh, jadi lembek banget pas di makan, yang lain oke lah.
Sempet nyobain ikan saus lemon yang diambil temen, rasanya asem manis, dan nutupin rasa ikannya, udah dingin pula.
Kata temen saya nasi goreng dan kwetiaunya lumayan, meskipun rasanya tetep kurang nendang.
Berhubung udah kenyang, kita stop ambil makanan,,tapiiii selalu ada ruang diperut untuk dessert haha.
Kita ambil puding cokelat, brownies, jelly, dan cake kecil2. yang paling mendingan cuma puding cokelat, yang lain tidak recommend. Es krimnya juga lumayan, kita bisa tambahin topping kacang, meses, oreo, dan selai cokelat.
Oh iya, untuk minumannya ada soft drink, air putih, teh, dan lemon tea, ini termasuk dlm ayce nya. Kalau minuman yang harus beli gak tau ada apa aja.
Kesalahan fatal resto ini setelah ulat di sushi adalah.....banyak serangga menyerupai kecoa yang berkeliaran. Kenapa fatal, karena ini restoran (ngebayangin gimana dapur mereka kalau area makan aja kayak gini huhu).
Pertama, saya lihat di dekat tumpukan piring. Kedua, di dekat tempat penyajian makanan. Ketiga, di meja makan. Keempat, di lantai banyak yang berkeliaran. Entah pengunjung lain perhatiin atau gak. tapi saya dan teman2 saya bener2 melihatnya.
Kebersihan alat makan juga kurang. Piringnya berdebu, kerasa banget pas dipegang. Gelasnya juga gak bersih, seperti masih ada cap bibir orang, harus dilap sendiri dulu.
Ini pertama dan terakhir kali saya dan teman2 makan di The Buffet. Gapapa deh bayar lebih mahal di resto ayce lain, tapi puas, tidak mengecewakan seperti ini. Dengan harga 80rb saya bisa dpt makanan yang lebih bermutu di tempat lain :(
Semoga membantu ya reviewnya :)
Yang penasaran nyoba the buffet silahkan hehe..
Semoga The Buffet bisa lebih baik lagi dalam menjaga kualitas hidangan, kebersihan, dan pelayanan.
LiaClara
Stop Wishing, Start Doing

Friday, June 13, 2014
Wednesday, July 31, 2013
DICARI!! JASA PENJAHIT ATAU KONVEKSI DAERAH CIMANGGIS-DEPOK
Saya sedang mencari jasa penjahit atau konveksi di daerah cimanggis-depok yang menerima jahitan untuk butik.
Yang punya info bisa kirimkan alamat/no telp penjahitnya ke email saya liaclara2@gmail.com
terima kasih ^^
Yang punya info bisa kirimkan alamat/no telp penjahitnya ke email saya liaclara2@gmail.com
terima kasih ^^
Sunday, February 24, 2013
Rangkuman SUBSTANCE-RELATED AND IMPULSE-CONTROL DISORDERS
SUBSTANCE-RELATED AND IMPULSE-CONTROL DISORDERS
Setiap
manusia pasti sering menghadapi godaan dalam berbagai situasi, dan ada sebagian
orang yang memiliki kesulitan tertentu untuk melawan godaan tersebut. Salah
satu godaan yang mungkin sering terjadi adalah godaan untuk minum minuman keras
dan mengkonsumsi narkoba. Kesulitan kronis dalam melawan godaan untuk
mengkonsumsi narkoba dan alkohol dapat disebut dengan istilah substance-related disorders. Selain itu
ada beberapa masalah lain seperti kesulitan melawan godaan untuk berjudi,
mengutil atau mencuri, menahan emosi, bahkan untuk mencabut rambut orang lain. Gangguan
tersebut dinamakan impulse control
disorders.
Yang
dimaksud dengan substance adalah
setiap produk alami atau buatan yang memiliki efek psikoaktif, yang dapat
merubah persepsi, pikiran, emosi, dan perilaku seseorang. Zat-zat tersebut
biasanya dikenal dengan sebutan obat (seperti heroin dan kokain). Orang-orang
yang menyalahgunakan penggunaan obat-obat ini disebut sebagai pecandu narkoba. Ada
perbedaan pandangan dari masyarakat terkait dengan para pecandu narkoba. Sebagian
masyarakat mengatakan bahwa itu adalah pilihan diri mereka sendiri, namun
sebagian lain berpendapat bahwa mengkonsumsi narkoba adalah pelanggaran serius
dalam masalah kesehatan dan keamanan.
Banyak
zat yang telah digunakan untuk pengobatan selama berabad-abad. Salah satunya
adalah daun coca yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Daun ini
juga sudah diproduksi dan beredar secara legal di Eropa dan Amerika Serikat
sebagai obat untuk melepas kepenatan. Daun coca juga digunakan dalam berbagai jenis
minuman dan ramuan lain. Selain itu zat psikoaktif juga biasa digunakan dalam
upacara keagamaan.
Terdapat
empat kondisi yang muncul terkait dengan penggunaan narkoba, yaitu substance intoxication, substance withdrawal,
substance abuse, dan substance
dependence.
1. Substance
intoxication adalah gejala perilaku maladaptif yang signifikan pada
perilaku dan psikologis individu karena efek dari zat yang dikonsumsi pada
sistem saraf pusat. Penggunaan zat secara kronis selama beberapa hari atau
minggu mungkin membuat pemakai mulai menarik diri dari lingkungan sosial. Orang-orang
yang berharap bahwa ganja dapat membuat mereka santai mungkin akan mengalami
relaksasi, namun untuk orang-orang yang takut merasa malu bisa menimbulkan
kecemasan. Orang-orang yang mengkonsumsi minuman berakohol di sebuah pesata
mungkin akan menjadi liar dan keras, sedangkan orang yang mengkonsumsinya
sendiri di rumah mungkin menjadi lelah dan tertekan. Orang
yang minum alkohol di rumah mungkin cenderung kurang membahayakan diri sendiri
atau orang lain daripada orang yang minum di bar dan pulang di bawah pengaruh
alkohol. Diagnosis substance intoxication ini hanya diberikan ketika seseorang
mengalami perubahan perilaku dan psikologis yang signifikan seperti secara
substansial mengganggu hubungan sosial dan keluarga, menyebabkan masalah
keuangan atau pekerjaan, atau menempatkan orang tersebut pada resiko kecelakaan
lalu lintas, komplikasi medis yang parah, atau masalah hukum.
2. Substance
withdrawal adalah adanya penderitaan yang mengganggu bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi lainnya karena
efek dari pengurangan atau penghentian penggunaan narkoba. Gejala yang muncul pada kondisi ini tidak menimbulkan perubahan
secara signifikan. Meskipun kafein dapat menyebabkan gugup atau sakit kepala,
tetapi kafein tidak menyebabkan penurunan yang signifikan.
3.
Diagnosa
substance abuse diberikan
kepada seseorang yang menggunakan zat secara berulang dan menimbulkan
konsekuensi berbahaya yang signifikan. Terdapat
empat kategori konsekuensi berbahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan zat.
Pertama, individu gagal untuk memenuhi kewajiban pentingnya di tempat kerja,
sekolah, atau rumah. Kedua, individu berulang kali menggunakan zat dalam
keadaan fisik yang tidak memungkinkan. Ketiga, individu berulang kali mengalami
masalah hukum sebagai akibat dari penyalahgunaan narkoba. Keempat, individu
terus menggunakan zat meskipun sudah berulang kali menunjukkan masalah sosial
atau hukum akibat dari penggunaan narkoba. Seseorang harus menunjukkan masalah
secara berulang, setidaknya satu dari empat kategori ini dalam jangka waktu 12
bulan untuk mendapat diagnosis substance
abuse.
4.
Diagnosis substance dependence diberikan
ketika penggunaan zat menyebabkan ketergantungan fisiologis serta penurunan
atau tekanan yang signifikan. Kondisi ini adalah kondisi yang sering disebut
sebagai kecanduan obat. Ketergantungan dan penyalahgunaan zat sangat
komorbiditas dengan semua gangguan psikologis lainnya, termasuk depresi,
kecemasan, dan skizofrenia.
Zat yang biasanya disalahgunakan dapat dibagi
dalam lima kategori:
1.
Depresan
(alkohol, barbiturat, inhalansia, benzodiazepin)
Depresan
memperlambat sistem saraf pusat. Dalam dosis moderat, obat depresan dapat
membuat orang santai, sedikit mengantuk, mengurangi konsentrasi, dan merusak
pemirisan serta keterampilan motorik. Dalam dosis tinggi, depresan dapat
menyebabkan pingsan atau bahkan kematian.
·
ALKOHOL
Dampak
alkohol pada otak terjadi dalam dua tahap yang berbeda (Brick, 2008). Dalam
dosis rendah, alkohol menyebabkan banyak orang merasa lebih mandiri, lebih
santai, sedikit gembira, bahkan menurunkan fungsi seksual. Pada dosis tinggi,
alkohol menginduksi banyak gejala depresi, termasuk kelelahan dan kelesuan,
penurunan motivasi, gangguan tidur, dan kebingungan. Individu yang kecanduan
alkohol biasanya mengalami penurunan keseimbangan saat berjalan, sulit untuk
fokus dan mengingat sesuaut, lambat bereaksi, agresif atau berkata kasar,
suasana hati yang tidak stabil, bahkan bisa mengalami koma. Setelah sadar,
biasanya mereka tidak ingat apa yang telah mereka lakukan saat sedang mabuk. Minum
alkohol dalam jumlah besar dapat berakibat fatal, bahkan pada orang yang bukan
pecandu alkohol kronis. Sekitar sepertiga dari hasil kematian akibat kelumpuhan
pernapasan, biasanya disebabkan karena besarnya dosis alkohol. Alkohol juga
dapat berinteraksi fatal dengan sejumlah zat, termasuk beberapa obat
antidepresan (Brick, 2008). Orang-orang di kelompok antisosial, yang berada
dalam kondisi ekonimi rendah, serta mereka yang mengalami kegagalan dalam rumah
tangga, cenderung lebih mudah terlibat dalam kecanduan alkohol (Zucker et al.,
1996). Mereka lebih cenderung berasal dari keluarga dengan alkoholisme, telah
mulai minum sebelumnya dalam hidup, dan memiliki anak-anak dengan masalah
perilaku (Puttler, Zucker, Fitzgerald, & Bingham, 1998). Penggunaan alkohol
secara berlebihan dan berkepanjangan dapat memiliki efek toksik pada beberapa
sistem tubuh, termasuk perut, kerongkongan, pankreas, dan hati (untuk review,
lihat Nolen-Hoeksema, 2004). Salah satu kondisi medis yang paling umum yang
terkait dengan penyalahgunaan alkohol rendah adalah hipertensi. Kondisi ini
dikombinasikan dengan peningkatan kadar trigliserida dan low-density
lipoprotein (atau "buruk") kolesterol, menempatkan pengguna alkohol
pada peningkatan risiko untuk penyakit jantung.
·
BENZODIAZEPINES,
BARBITURATES, INHALANTS
Pengguna awalnya mungkin merasa
gembira, tapi kemudian mengalami suasana hati tertekan, lesu, distorsi
persepsi, hilangnya koordinasi, dan tanda-tanda lain dari depresi sistem saraf
pusat. Benzodiazepin (seperti Xanax, Valium, Halcion, Librium, dan Klonopin)
dan barbiturat (seperti Seconal) secara resmi diproduksi dan dijual dengan
resep dokter, biasanya sebagai obat penenang untuk pengobatan kecemasan dan
insomnia. Benzodiazepines juga digunakan sebagai relaksan otot dan obat-obatan
anti kejang. Namun sayangnya obat-obatan ini cenderung disalahgunakan dan dikombinasikan
dengan zat-zat psikoaktif lain untuk menghasilkan perasaan euforia yang lebih
besar atau untuk meringankan agitasi yang dimunculkan oleh zat lain (Schuckit,
1995). Barbiturat dan benzodiazepin menyebabkan penurunan tekanan darah, laju
pernapasan, dan detak jantung. Dalam keadaan overdosis, zat-zat ini bisa sangat
berbahaya dan bahkan menyebabkan kematian melalui pernapasan atau kolaps
kardiovaskuler. Inhalansia adalah zat volatil yang menghasilkan uap kimia, yang
dapat dihirup dan yang menekan sistem saraf pusat (Virani et al., 2009). Zat
yang termasuk dalam kelompok inhalansia adalah pelarut, termasuk bensin, lem,
pengencer cat, dan cat semprot. Pengguna dapat menghirup uap langsung dari
kaleng atau botol berisi zat, kain yang telah direndam larutan zat, tempat zat
tersebut (kantong kertas atau plastik) atau menghirup gas dari tas. Inhalansia
lainnya adalah anestesi gas medis, seperti nitrous
oxide yang juga dapat ditemukan dalam dispenser whipped cream dan produk yang meningkatkan kadar oktan. Nitrit,
kelas lain dari inhalansia, dapat melebarkan pembuluh darah dan mengendurkan
otot-otot dan digunakan sebagai peningkat gairah seks. Para pengguna terbesar inhalansia adalah remaja. Pria lebih
mungkin untuk mengkonsumsi inhalansia dibandingkan perempuan. Pengguna kronis inhalansia mungkin memiliki berbagai iritasi
pernapasan. Inhalansia dapat menyebabkan kerusakan permanen pada susunan saraf
pusat, termasuk degenerasi dan lesi otak. Penggunaan berulang juga dapat
menyebabkan hepatitis dan penyakit hati serta ginjal. Kematian dapat terjadi
dari depresi pada sistem pernapasan atau kardiovaskular.
2.
Stimulan
(kokain, amfetamin, cafein, nikotin)
Stimulan mengaktifkan sistem saraf
pusat, menigkatkan energi, kebahagiaan dan kekuasaan, tidak ingin tidur, dan
nafsu makan berkurang. Kokain dan amfetamin menyebabkan peningkatan yang berbahaya
dalam tekanan darah dan denyut jantung, mengubah ritme dan aktivitas jantung, menyempitkan
pembuluh darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, dan kejang. Kafein dan
nikotin juga merupakan stimulan dan dapat mengakibatkan kelainan terkait
penggunaan narkoba. Meskipun efek psikologisnya tidak separah kokain dan
amfetamin, kedua obat ini (terutama nikotin) dapat memiliki efek jangka panjang
negatif.
· KOKAIN
Kokain berbentuk serbuk putih yang merupakan ekstrak dari tanaman koka. Kokain merupakan salah satu zat yang paling adiktif. Kokain biasanya dicampur dalam rokok tembakau atau marijuana. Crack adalah bentuk kokain basa bebas yang direbus dalam potongan kecil, atau batu, dan biasanya dijadikan rokok. Awalnya, kokain menghasilkan euforia intens, diikuti oleh perasaan mengingkatnya harga diri, kewaspadaan, energi, dan perasaan kompetensi serta kreativitas. Ketika digunakan berulang-ulang atau pada dosis tinggi, gejalanya mengarah pada impulsif, hypersexuality, perilaku kompulsif, agitasi dan kecemasan, mencapai titik panik dan paranoia. Menghentikan penggunaan kokain dapat menyebabkan kelelahan dan depresi. Komplikasi medis yang sering dialami pengguna kokain adalah gangguan detak jantung dan serangan jantung, gagal pernapasan, efek neurologis, termasuk stroke, kejang, dan sakit kepala, dan komplikasi gastrointestinal, termasuk sakit perut dan mual. Gejala fisik meliputi nyeri dada, penglihatan kabur, demam, kejang otot, kejang, dan koma (Ruiz et al., 2007).
Kokain berbentuk serbuk putih yang merupakan ekstrak dari tanaman koka. Kokain merupakan salah satu zat yang paling adiktif. Kokain biasanya dicampur dalam rokok tembakau atau marijuana. Crack adalah bentuk kokain basa bebas yang direbus dalam potongan kecil, atau batu, dan biasanya dijadikan rokok. Awalnya, kokain menghasilkan euforia intens, diikuti oleh perasaan mengingkatnya harga diri, kewaspadaan, energi, dan perasaan kompetensi serta kreativitas. Ketika digunakan berulang-ulang atau pada dosis tinggi, gejalanya mengarah pada impulsif, hypersexuality, perilaku kompulsif, agitasi dan kecemasan, mencapai titik panik dan paranoia. Menghentikan penggunaan kokain dapat menyebabkan kelelahan dan depresi. Komplikasi medis yang sering dialami pengguna kokain adalah gangguan detak jantung dan serangan jantung, gagal pernapasan, efek neurologis, termasuk stroke, kejang, dan sakit kepala, dan komplikasi gastrointestinal, termasuk sakit perut dan mual. Gejala fisik meliputi nyeri dada, penglihatan kabur, demam, kejang otot, kejang, dan koma (Ruiz et al., 2007).
· AMFETAMIN
Amfetamin
adalah stimulan yang biasanya digunakan sebagai obat untuk attention problems, narcolepsy, dan chronic fatigue. Amfetamin biasa ditemukan di
antihistamin (misalnya, Sudafed) dan obat diet. Stimulan banyak digunakan di
bawah pengawasan dokter, tetapi saat ini banyak digunakan secara ilegal dan
disalahgunakan (Ruiz et al., 2007). Amfetamin melepaskan dopamin
neurotransmitter dan norepinephrine. Gejalanya mirip dengan keracunan kokain,
yaitu euforia, kepercayaan diri, kewaspadaan, agitasi, dan paranoia (Ruiz et
al, 2007.). Seperti kokain, amfetamin dapat
menghasilkan ilusi perseptual. Pergerakan orang lain dan benda-benda mungkin
tampak terdistorsi atau dilebih-lebihkan. Pengguna dapat mendengar suara-suara
menakutkan yang membuat pernyataan menghina tentang mereka, melihat luka di
seluruh tubuh mereka, atau merasa ular merayap di lengan mereka. Mereka mungkin
memiliki delusi dan ada beberapa pengguna yang tahu bahwa pengalaman ini tidak
nyata, tetapi yang lain kehilangan pegangan mereka pada realitas (Ruiz et al.,
2007). Penggunaan amfetamin secara kronis dapat
menyebabkan ketidakstabilan mood, kehilangan memori, kebingungan, pemikiran
paranoid, dan kelainan persepsi selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau
bahkan bertahun-tahun. Penyalahgunaan amfetamin dan metamfetamin dapat
menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, terutama pada kardiovaskular, detak
jantung yang cepat atau tidak teratur, tekanan darah meningkat, dan tidak dapat
diubah, serta stroke. Suhu tubuh tinggi dan kejang-kejang dapat terjadi selama
overdosis, menyebabkan kematian.
· NIKOTIN
Nikotin merupakan alkaloid yang ditemukan dalam tembakau. Rokok adalah salah satu penghantar nikotin yang populer, dapat membawa zat ini ke otak hanya dalam hitungan detik. Merokok biasanya dimulai pada remaja awal. Remaja perempuan merokok lebih sering daripada laki-laki, dan sekali kecanduan nikotin, perempuan cenderung untuk berhenti merokok. Nikotin beroperasi pada kedua pusat dan sistem saraf perifer. Nikotin membantu melepaskan biokimia beberapa di otak, termasuk dopamin, norepinefrin, serotonin, dan opioid endogen. Meskipun orang sering mengatakan bahwa mereka merokok untuk mengurangi stres, efek fisiologis nikotin sebenarnya mirip dengan respon fight-or-flight. Beberapa sistem dalam tubuh yang terangsang adalah sistem kardiovaskular dan pernafasan. Wanita yang merokok selama hamil akan melahirkan bayi yang lebih kecil. Semakin lama seseorang merokok dan semakin dia merokok setiap hari, semakin besar risiko kesehatan. Ketika perokok berat mencoba untuk berhenti atau dilarang merokok untuk periode yang cukup panjang, misalnya di tempat kerja atau di pesawat terbang, biasanya mereka menjadi depresi, mudah tersinggung, marah, cemas, frustrasi, gelisah, lapar, sulit berkonsentrasi, dan mereka sangat ingin merokok.
Nikotin merupakan alkaloid yang ditemukan dalam tembakau. Rokok adalah salah satu penghantar nikotin yang populer, dapat membawa zat ini ke otak hanya dalam hitungan detik. Merokok biasanya dimulai pada remaja awal. Remaja perempuan merokok lebih sering daripada laki-laki, dan sekali kecanduan nikotin, perempuan cenderung untuk berhenti merokok. Nikotin beroperasi pada kedua pusat dan sistem saraf perifer. Nikotin membantu melepaskan biokimia beberapa di otak, termasuk dopamin, norepinefrin, serotonin, dan opioid endogen. Meskipun orang sering mengatakan bahwa mereka merokok untuk mengurangi stres, efek fisiologis nikotin sebenarnya mirip dengan respon fight-or-flight. Beberapa sistem dalam tubuh yang terangsang adalah sistem kardiovaskular dan pernafasan. Wanita yang merokok selama hamil akan melahirkan bayi yang lebih kecil. Semakin lama seseorang merokok dan semakin dia merokok setiap hari, semakin besar risiko kesehatan. Ketika perokok berat mencoba untuk berhenti atau dilarang merokok untuk periode yang cukup panjang, misalnya di tempat kerja atau di pesawat terbang, biasanya mereka menjadi depresi, mudah tersinggung, marah, cemas, frustrasi, gelisah, lapar, sulit berkonsentrasi, dan mereka sangat ingin merokok.
· KAFEIN
Kafein
adalah stimulan yang paling banyak digunakan, 75% digunakan pada kopi (Chou,
1992). Secangkir kopi diseduh memiliki sekitar 100 miligram kafein.
Sumber-sumber lain termasuk teh (sekitar 40 miligram kafein per 6 ons), soda
berkafein (45 miligram per 12 ons), obat analgesik dan flu (25-50 miligram per
tablet), obat diet (75-200 miligram per tablet), dan coklat serta kakao (5
miligram per batang). Kafein merangsang sistem saraf pusat, meningkatkan kadar
dopamin, norepinefrin, dan serotonin. Hal ini juga meningkatkan metabolisme,
suhu tubuh, dan tekanan darah. Nafsu makan berkurang, dan orang-orang merasa
lebih waspada. Dalam dosis yang setara dengan dua sampai tiga cangkir kopi,
kafein dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan, termasuk gelisah dan
gugup. Mereka mungkin mengalami sulit tidur di kemudian hari dan sering buang
air kecil. Ini adalah gejala keracunan kafein. Dosis yang sangat besar dalam
mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan agitasi ekstrim, kejang, kegagalan
pernafasan, dan masalah jantung. Diagnosis keracunan kafein hanya dapat diberikan
jika individu mengalami kesulitan yang signifikan atau penurunan fungsi sebagai
akibat dari efek kafein.
3.
Opioid
(heroin dan morfin)
Opioid berasal dari getah opium poppy,
yang telah digunakan selama ribuan tahun untuk menghilangkan rasa sakit. Tubuh
kita menghasilkan opioid alami, termasuk endorfin dan enkaphalins, untuk
mengatasi rasa sakit. Morfin secara luas digunakan sebagai pereda nyeri di abad
kesembilan belas, sampai pada akhirnya ditemukan bahwa zat tersebut sangat
adiktif. Heroin dikembangkan dari morfin di akhir abad kesembilan belas dan
digunakan untuk tujuan pengobatan. Ketika digunakan secara ilegal,
opioid sering disuntikkan ke dalam vena, dihisap, atau melalui rokok. Gejala
awal keracunan opioid adalah adanya euforia. Biasanya pemakai akan merasa
mengantuk, lesu, cara bicara dan pikiran mereka menjadi tidak jelas. Keracunan
yang parah dapat menyebabkan pingsan, koma, dan kejang. Opioid dapat
menekan sistem pernapasan dan kardiovaskular pada titik kematian. Individu yang
mengkonsumsi heroin secara berlebih dapat menyebabkan resiko overdosis atau
kematian. Pengguna juga berisiko tertular HIV melalui jarum yang terkontaminasi
atau melalui hubungan seks tanpa kondom. Pengguna intravena juga dapat tertular
hepatitis, TBC, abses kulit yang serius, dan infeksi dalam. Wanita yang
menggunakan heroin selama kehamilan beresiko keguguran dan persalinan prematur.
4.
Halusinogen
dan phencyclidine (PCP)
Halusinogen
dan phencyclidine (PCP) menghasilkan perubahan persepsi bahkan dalam dosis
kecil. Halusinogen adalah kelompok campuran zat, termasuk lysergic acid diethylamide (LSD) dan peyote. Efek psikoaktif LSD
pertama kali ditemukan pada tahun 1943 ketika Dr. Albert Hoffman sengaja
menelan dan dalam hitungan menit muncul halusinasi visual. Salah satu gejala
dari keracunan LSD dan halusinogen lainnya adalah sinestesia. Orang mengatakan
mereka melihat suara dan mendengar warna. Mood juga bisa berubah dari depresi menjadi
sangat gembira. Beberapa orang menjadi cemas. Halusinogen adalah obat yang
berbahaya yang bisa menimbulkan kecemasan yang parah, paranoia, dan hilangnya
kontrol. Meskipun PCP tidak diklasifikasikan dalam DSM-IV-TR sebagai
halusinogen, namun terdapat banyak kesamaan efek. Pada dosis yang lebih rendah
bisa menghasilkan rasa mabuk, euforia, banyak bicara, kurangnya perhatian,
memperlambat waktu reaksi, vertigo, mata berkedut, hipertensi ringan, gerakan
tak terkendali, dan kelemahan. Pada dosis menengah, bisa mengarah pada berpikir
teratur, distorsi citra tubuh (misalnya, merasa bahwa lengan seseorang yang
bukan bagian dari tubuh seseorang), depersonalisasi, dan perasaan tak nyata.
Pada dosis yang lebih tinggi, PCP menghasilkan amnesia dan koma, kejang,
masalah pernapasan yang parah, hipotermia, dan hipertermia. Seseorang dapat
dikatakan kecanduan halusinogen atau PCP ketika individu berulang kali gagal
memenuhi kewajiban peran utama di sekolah, tempat kerja, atau rumah karena
keracunan dengan obat-obatan. Mereka mungkin menggunakan obat dalam situasi
berbahaya, seperti saat mengemudi mobil, dan mereka mungkin memiliki masalah
hukum karena kepemilikan obat. Karena obat dapat menyebabkan paranoia atau
perilaku agresif, pengguna sering dapat menemukan pekerjaan dan hubungan sosial
terpengaruh.
5.
Ganja
Daun ganja dapat dipotong,
dikeringkan, dan digulung menjadi rokok atau dimasukkan ke dalam makanan dan
minuman. Beberapa negara telah melegalkan penggunaan ganja untuk keperluan
medis, seperti mengurangi rasa mual pada pasien kanker. Gejala akut yang
dialami pemakai ganja biasanya berlangsung 3 sampai 4 jam, bahkan ada yang
berlangsung selama 12 sampai 24 jam. Biasanya dimulai dengan rasa kesejahteraan,
relaksasi, dan ketenangan. Pengguna mungkin akan merasa pusing, mengantuk, atau
melamun. Mereka mungkin menjadi lebih sadar lingkungan mereka, dan segala
sesuatu mungkin tampak lucu. Gangguan kognitif yang disebabkan oleh ganja dapat
bertahan hingga satu minggu setelah berhenti dari penggunaan (Paus, Gruber, et
al., 2001). Efek ini tampak lebih besar bagi wanita daripada pria (Paus et al.,
1997). Pada dosis sedang sampai besar, pengguna
ganja mengalami distorsi persepsi, perasaan depersonalisasi, dan pemikiran
paranoid. Beberapa menemukan efek halusinogen menyenangkan, tetapi yang lain
menjadi takut. Beberapa pengguna mungkin memiliki episode kecemasan yang parah
menyerupai serangan panik (Phariss, Millman, & Beeder, 1998). Gejala fisiologis keracunan ganja termasuk detak jantung
meningkat atau tidak teratur, peningkatan nafsu makan, dan mulut kering. Asap
ganja dapat meningkatkan resiko batuk kronis, sinusitis, bronkitis, dan emfisema.
Penggunaan kronis ganja menurunkan jumlah sperma pada pria dan dapat
menyebabkan ovulasi tidak teratur pada wanita (Ruiz et al., 2007).
OTHER DRUGS OF ABUSE
Obat-oabtan lain yang dapat menyebabkan kecanduan adalah ekstasi
(3,4-methylenedioxymethamphetamine, atau MDMA), GHB (gamma-hidroksibutirat),
ketamine, dan rohypnol (flunitrazepam).
Ekstasi memiliki efek stimulan dari amfetamin yang
bersama dengan sifat halusinogen (NIDA, 2009). Pengguna mengalami peningkatan
energi, gelisah dan menyatakan bahwa hambatan sosial mereka menurun dan kasih
sayang mereka untuk orang lain meningkat. Bahkan penggunaan jangka pendek dapat
memiliki efek jangka panjang negatif pada kognisi dan kesehatan. Orang yang
menggunakan ekstasi memiliki skor rendah pada tes yang berhubungan dengan
perhatian, memori, belajar, dan kecerdasan umum dibandingkan orang yang tidak
menggunakan obat. Efek euforia dan beberapa kerusakan otak mungkin terjadi karena
perubahan dalam fungsi serotonin di otak (Emas, Tabrah, Frost &- Pineda,
2001). Pengguna jangka panjang dapat menyebabkan masalah jantung, gagal hati,
dan mereka menunjukkan peningkatan tingkat kecemasan, depresi, gejala psikotik,
dan paranoia (Emas, et al., 2001).
GHB adalah depresan sistem saraf pusat yang dapat
digunakan untuk pengobatan gangguan tidur narkolepsi (NIDA, 2008a). Pada dosis
rendah, dapat mengurangi kecemasan dan membuat relaksasi. Pada dosis yang lebih
tinggi dapat menyebabkan tidur, koma, atau kematian. Pada 1980-an, GHB secara
luas digunakan oleh binaragawan dan atlet untuk mengurangi lemak dan membangun
otot. Efek samping lainnya adalah berkeringat, sakit kepala, detak jantung
menurun, mual, muntah, gangguan pernapasan, hilangnya gerakan refleks, dan
tremor (NIDA, 2008a). GHB juga dianggap sebagai obat date-rape karena telah
dikaitkan dengan serangan seksual (NIDA, 2008a).
Ketamin adalah anestesi yang menghasilkan efek
halusinogen (NIDA, 2008a). Ketamine dapat menimbulkan out-of-body. Hal ini juga dapat membuat para pengguna koma. Efeknya
mirip dengan PCP, termasuk mati rasa, kehilangan koordinasi, rasa kekebalan,
kekakuan otot, perilaku agresif atau kekerasan, ucapan yang tak jelas, rasa
kekuatan berlebih, dan tatapan kosong. Karena ketamin adalah obat bius,
pengguna tidak merasakan sakit sehingga dapat menyebabkan mereka untuk melukai
diri sendiri (NIDA, 2008a).
Rohypnol adalah benzodiazepine dan memiliki efek sedatif
dan hipnotik (NIDA, 2008a). Pengguna mungkin mengalami relaksasi otot,
mengantuk, gangguan penilaian, halusinasi, pusing, dan kebingungan. Tablet
Rohypnol dengan mudah dapat dihancurkan dan dicampurkan ke dalam minuman seseorang.
Rohypnol tidak berbau, tidak berwarna, dan hambar, sehingga korban sering tidak
sadar bahwa minuman mereka telah diracuni. Efek sampingnya adalah sakit kepala,
nyeri otot, dan kejang. Dalam kombinasi dengan alkohol atau depresan lainnya,
Rohypnol dapat berakibat fatal (NIDA, 2008a).
THEORIES OF SUBSTANCE USE, ABUSE, AND DEPENDENCE
1.
BIOLOGICAL
THEORIES
·
Faktor Genetik
Riwayat keluarga, adopsi, dan studi kembar menunjukkan
bahwa genetika mungkin memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang
berisiko untuk gangguan penggunaan zat. Studi keluarga menunjukkan bahwa orang yang
masih memiliki hubungan kerabat dengan orang yang memiliki kelainan penggunaan
narkoba delapan kali lebih mungkin untuk memiliki gangguan zat (Merikangas,
Dierker, & Szatmari, 1998). Studi kembar juga menunjukkan komponen genetik
untuk penyalahgunaan zat (Crabbe, 2002, Kendler & Prescott, 1998b;. Lerman
et al, 1999). Banyak penelitian telah difokuskan pada gen yang mengendalikan
sistem dopamin. Variasi genetik dalam gen reseptor dopamin (berlabel DRD2) dan
gen transporter dopamin (berlabel SLC6A3) dapat mempengaruhi bagaimana otak
memproses dopamin, sehingga mempengaruhi bagaimana seseorang menemukan zat-zat
seperti nikotin (Hasin, Hatzenbuehler, & Waxman, 2006).
·
Reward Sensitivity
Sensitivitas seseorang terhadap suatu zat pasti
berbeda antara satu dengan yang lain. Reward
sensitivity yang lebih tinggi berkorelasi dengan onset awal dari konsumsi
alkohol pada orang dewasa muda (Pardo, Aguilar, Molinuevo, & Torrubia,
2007), penggunaan alkohol dan penyalahgunaan dalam sampel nonclinical (Jorm et al, 1999;. Loxton & Dawe, 2001), dan
keinginan serta tanggapan mood yang positif terhadap alkohol (Zisserson &
Palfai, 2007). Salah satu penanda fisiologis sensitivitas adalah adanya akselerasi
hati dalam menanggapi rangsangan (Fowles et al., 1982). Alkohol merangsang
denyut jantung pada manusia, dan tingkat respons jantung berlebihan dengan
dosis memabukkan alkohol ditemukan pada orang yang tergantung atau memiliki
riwayat keluarga ketergantungan alkohol (Conrod, Peterson, Pihl, &
Mankowski, 1997).
2.
PSYCHOLOGICAL
THEORIES
Menurut
teori belajar, anak-anak dan remaja dapat belajar perilaku penggunaan narkoba
dari meniru orang tua mereka dan orang lain yang penting dalam budaya mereka.
Anak-anak yang orang tuanya mengkonsumsi alkohol dan sering mabuk atau
mengemudi sambil mabuk dapat belajar bahwa ini adalah perilaku yang dapat
diterima, dan dengan demikian mereka lebih cenderung untuk terlibat di dalamnya
(Chassin, Pitts, DeLucia, & Todd, 1999). Karena alkohol adalah masalah yang
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan, sebagian besar orang
dewasa yang menjadi model yang tidak tepat dari penggunaan alkohol adalah
laki-laki. Karena anak-anak lebih mungkin untuk belajar dari orang dewasa yang
serupa dengan diri mereka sendiri, anak-anak dan remaja laki-laki mungkin lebih
cenderung untuk mempelajari perilaku orang dewasa tersebut dibanding anak dan
remaja perempuan. Dengan demikian, pola maladaptif dari penggunaan alkohol
dapat diwariskan oleh laki-laki dalam sebuah keluarga melalui proses imitasi
(Chassin et al., 1999).
Teori-teori
kognitif fokus pada harapan dan keyakinan mereka tentang kelayakan menggunakan
alkohol untuk mengatasi stres (Marlatt, Baer, Donovan, & Kivlahan, 1988).
Individu berharap alkohol untuk
mengurangi penderitaannya dan mereka tidak memiliki cara yang lebih adaptif untuk
mengatasi masalah selain mengkonsumsi alkohol ( Cooper et al, 1992.). Dalam
studi jangka panjang, pria yang menggunakan alkohol untuk mengatasi dan
bersantai lebih mungkin untuk mengembangkan penyalahgunaan alkohol atau
ketergantungan (Schuckit, 1998). Salah satu karakteristik kepribadian secara
konsisten berhubungan dengan peningkatan risiko penyalahgunaan zat dan
ketergantungan adalah perilaku yang tidak terkendali, atau kecenderungan untuk
menjadi impulsif, sensasi seeking,
dan rentan terhadap perilaku antisosial seperti melanggar hukum.
3.
SOCIOCULTURAL
PERSPECTIVE
Beberapa masyarakat mencegah
penggunaan alkohol, mungkin karena keyakinan agama, dan penyalahgunaan serta
ketergantungan alkohol jarang terjadi dalam masyarakat. Masyarakat lain,
termasuk budaya Eropa, memungkinkan minum alkohol tetapi sangat tidak
menyarankan minum berlebihan dan berperilaku yang tidak bertanggung jawab saat
mabuk.
·
Perbedaan gender
Penggunaan narkoba, penggunaan alkohol
khususnya, lebih dapat diterima untuk pria daripada wanita di banyak
masyarakat. Wanita cenderung lebih kecil kemungkinannya dibandingkan laki-laki
untuk terkena resiko penyalahgunaan serta ketergantungan narkoba dan alkohol
(Nolen-Hoeksema, 2004). Biasanya wanita terlihat kurang termotivasi menggunakan
alkohol untuk mengurangi tekanan dan kurang cenderung untuk mengharapkan
konsumsi obat untuk mendapatkan efek positif (Nolen-Hoeksema & Harrell,
2002). Penggunaan alkohol biasanya dikaitkan dengan masalah reproduksi
pada wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami kerusakan fisik dan pelecehan
seksual setelah penggunaan alkohol (Abbey, Ross, McDuffi e, & McAuslan,
1996).
TREATMENTS FOR SUBSTANCE-RELATED DISORDERS
1.
BIOLOGICAL TREATMENTS
a. Antianxiety Drugs, Antidepressants, and Antagonists
Untuk menanggulangi
alkohol, benzodiazepin yang memiliki efek depresan mirip dengan alkohol, dapat
mengurangi tremor dan kecemasan, menurunkan denyut nadi dan pernapasan, serta
menstabilkan tekanan darah (Ntais, Pakos, Kyzas, & Ioannidis, 2005). Obat
antidepresan kadang-kadang digunakan untuk mengobati orang dengan
ketergantungan zat yang mengalami depresi, namun keberhasilan obat antidepresan
dalam menangani alkohol atau masalah narkoba lainnya atau depresi tanpa
psikoterapi belum bisa dibuktikan secara konsisten (Nunes & Levine, 2004).
Obat
antagonis memblokir atau mengubah efek dari obat adiktif, mengurangi keinginan
untuk mengkonsumsi narkoba. Naltrexone dan nalokson merupakan antagonis opioid,
kedua obat ini memblokir efek opioid seperti heroin. Obat antagonis opioid
harus diberikan sangat hati-hati karena mereka dapat menyebabkan reaksi yang
cukup parah pada orang kecanduan opioid (O'Malley & Kosten, 2006). Naltrexone
juga telah terbukti berguna dalam mengobati orang yang tercandu alkohol.
Pengobatan
lainnya adalah dengan menggunakan obat resep yang mengurangi keinginan untuk mengkonsumsi
nikotin. Salah satu obat yang biasa digunakan adalah bupropion antidepresan
(dipasarkan untuk berhenti merokok sebagai Zyban). Cara bupropion membantu
orang berhenti merokok saat ini belum jelas, tetapi mungkin melibatkan
perubahan dalam kadar dopamin neurotransmitter (Mooney & Hatsukami, 2001).
Sebuah obat yang disebut Varenicline (Chantix), yang mengikat dan sebagian
merangsang reseptor nikotin, juga telah terbukti mengurangi keinginan untuk mengkonsumsi
nikotin. (Jorenby et al., 2006).
b. Methadone Maintenance Programs
Metadon
merupakan opioid. Orang yang bergantung
pada heroin biasa menggungkan
metadon untuk mengurangi gejala negatif. Meskipun
tujuan pengobatan adalah untuk
menarik orang dari metadon,
beberapa pasien menggunakannya selama bertahun-tahun di bawah perawatan
dokter. Program metadon
seperti pemeliharaan kontroversial. Beberapa orang percaya bahwa mereka membiarkan dirinya
bergantung pada heroin hanya untuk
mentransfer ketergantungan terhadap
zat lain. Studi menemukan bahwa pasien dalam program tersebut
jauh lebih mungkin untuk tetap dalam pengobatan psikologis dibandingkan pasien yang mencoba untuk menarik diri dari heroin tanpa metadon (Mattick
et al., 2003).
2.
BEHAVIORAL AND COGNITIVE TREATMENTS
a. Behavioral treatments
Aversive
classical conditioning
digunakan untuk mengobati ketergantungan dan
penyalahgunaan alkohol, sendiri atau dalam kombinasi dengan terapi psikososial biologis atau terapi lainnya (Finney &
Moos, 1998; Schuckit,
1995). Obat-obatan seperti disulfiram (Antabuse) yang
membuat konsumsi alkohol tidak menyenangkan diberikan kepada orang-orang yang bergantung pada alkohol.
Individu mengembangkan respon AC dengan alkohol, yaitu
mual dan muntah. Mereka
kemudian belajar untuk menghindari
alkohol.
Contingency management programs memberikan bantuan bagi individu untuk mengurangi penggunaan zat. Studi
menunjukkan bahwa individu yang tergantung pada heroin, kokain, ganja, atau
alkohol akan tetap dalam
perawatan lebih lama dan jauh
lebih mungkin untuk berpuasa ketika
mereka diberi insentif kontingen (Carroll &
Rounsaville, 2006).
b.
Cognitive treatments
Intervensi berdasarkan model kognitif dari
penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol membantu klien mengidentifikasi
situasi yang paling memungkinkan mereka untuk minum dan kehilangan kontrol,
serta mengidentifikasi ekspektasi mereka bahwa alkohol akan membantu mereka
mengatasi segala situasi (Daley & Marlatt, 2006 ). Terapis bekerja dengan
klien untuk menentang ekspektasi-ekspektasi tersebut dengan meninjau efek
negatif alkohol pada perilaku klien. Terapis juga membantu klien belajar untuk
menangani situasi stres dengan cara yang adaptif, seperti mencari bantuan orang
lain atau terlibat dalam masalah pemecahan aktif. Akhirnya, terapis membantu
klien belajar untuk mengatakan "Tidak, terima kasih" ketika mereka ditawarkan
minuman dan untuk mengatasi tekanan sosial dengan menggunakan keterampilan
ketegasan.
c.
Motivational interviewing
Jika individu tidak termotivasi untuk mengurangi
penggunaan zat mereka, tidak ada pengobatan yang akan efektif. William Miller
(1983, Miller & Rose, 2009) mengembangkan motivational interviewing untuk memperoleh dan memperkuat motivasi
klien dan komitmen untuk mengubah penggunaan narkoba mereka. Pewawancara
berfokus pada ambivalensi klien, membantu klien untuk berubah.
d.
Relapse prevention
Pada
program relapse prevention, terapis membantu klien mengidentifikasi situasi berisiko tinggi, dan mengembangkan
strategi coping yang efektif bagi mereka. Seorang klien yang memutuskan untuk pergi
ke pesta mungkin berlatih
dengan terapis beberapa keterampilan
ketegasan untuk menolak
ajakan teman untuk minum dan
menuliskan strategi penanganan yang
lainnya untuk digunakan jika ia merasa tergoda, seperti
memulai percakapan dengan seorang teman yang mendukung atau berlatih dalam latihan
pernapasan.
e.
Alcoholics anonymous
Alcoholics
Anonymous (AA) adalah sebuah organisasi yang diciptakan oleh dan untuk orang-orang dengan masalah yang berhubungan dengan alkohol. Filosofinya
didasarkan pada model penyakit alkoholisme, yang
menyatakan bahwa, karena defisit biologis,
psikologis, dan spiritual,
beberapa orang akan kehilangan semua kontrol mereka setelah mereka memiliki satu minuman. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengontrol asupan alkohol adalah
untuk menjauhkan diri sepenuhnya. Anggota kelompok memberikan dukungan moral dan sosial dan menyempatkan
diri untuk satu sama lain di saat
krisis. Setelah mereka dinyatakan bebas dari
ketergantungan dan mampu berdiri sendiri, mereka diharapkan untuk mengabdikan diri dalam membantu orang lain
yang baru sembuh dari ketergantungan
alkohol.
sumber:
Nolen Susan, Hoeksema
(2007). Abnormal Psychology Fourth
Edition. New York: Higher Education.
Subscribe to:
Posts (Atom)